Buah Khas Kudus, Sepucuk Kisah dari Lereng Muria
Selama ini masyarakat hanya mengenal Kota Kudus sebagai kota kretek saja, karena memang bangunan pabrik rokok lah yang sering dijumpai mana kala memasuki kawasan tersebut. Namun jangan salah, kota kecil di jalur pantura ini juga memiliki aset yang luar biasa. Salah satunya adalah keindahan alam yang tersembunyi di lereng gunung muria, tepatnya di Desa Colo, Kecamatan Dawe, atau bagian ujung utara Kota Kudus.
Di lereng gunung muria inilah, terdapat buah yang sangat terkenal, dan bahkan banyak di cari orang-orang dari luar daerah. Buah kecil yang menjadi primadona karena hanya ada di Kudus, sehingga menjadi buah khas Kota Kudus, yaitu parijoto.
Warnanya ungu kemerah-merahan saat matang, ukurannya kecil menggerombol, rasanya pun perpaduan antara asam dan pahit, biasanya dijual dengan harga berkisar Rp 15.000-Rp 20.000. Buah parijoto ini tumbuh di lereng-lereng pegunugan dan di hutan yang berada di ketinggian sekitar 800-2.300 meter di atas permukaan laut.
Menurut Muhamad Sokib Garno Sunarno, Ketua Paguyuban Masyarakaat Pelindung Hutan (PMPH), “Buah ini dipercaya dapat membuat sang jabang bayi cakap (baca: ganteng/cantik) saat dilahirkan.” Itulah salah satu daya tarik buah tersebut sehingga banyak di cari orang, khusunya bagi mereka yang memiliki istri, saudara perempuan, ataupun teman yang sedang hamil.
Terlepas dari benar atau tidaknya hal tersebut, saat ini, parijoto sudah di budidayakan sebagai tanaman hias karena bentuk buahnya yang cukup menarik, dan tanaman ini dapat di kategorikan ke dalam jenis perdu dengan nama latin Medinilla Speciosa serta Anggur Asia (Showy Asian Grapes). Kurang lebih ada lima petani yang mengelola tanaman yang berada di lahan seluas dua hektare. Yang lebih membanggakan adalah, ternyata tanaman parijoto merupakan satu diantara tanaman yang membuat para petani disana meraih Kalpataru pada tahun 2016 di kategori Pembina Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Beberapa bagian dari tanaman parijoto ternyata juga dapat dijadikan obat, diantaranya adalah sebagai penyubur kandungan dengan langsung memakan buahnya yang sudah matang.
Sedangkan untuk mengobati sariawan, buah parijoto segar sebanyak 5 gram, dicuci, ditumbuk halus dan larutkan dalam 100 ml air matang kemudian gunakan untuk berkumur-kumur, dan sisanya diminum.
Selain itu, buah parijoto memiliki kandungan anti oksidan yang cukup tinggi. Maka, biasanya para penderita kolesterol tinggi dapat memakan parijoto untuk menurunkan kolestrol.
Tidak hanya buahnya saja, daunnya juga bisa digunakan untuk menyembuhkan diare. Caranya adalah daun parijoto segar sebanyak 20 gram dicuci kemudian direbus. Perebusan menggunakan 400 ml air, tunggu sampai mendidih selama 15 menit. Setelah itu disaring dan di dinginkan terlebih dahulu. Obat ini dapat diminum dua hari sekali.
Setelah uji penelitian, buah parijoto memang baik untuk Ibu hamil. Khasiat ini diperoleh dari kardenolin, saponin, flavonid yang terkandung dalam buah parijoto dan daunnya yang mengandung tannin. Kandungan tersebut sangat baik sebagai penamabah nutrisi ibu hamil.
Wah berarti masyarakat yang mencari buah parijoto karena percaya dapat membuat anaknya nanti lahir ganteng atau cantik perlu mendapat edukasi tentang kandungan yang ada di dalam buah parijoto ini ya, agar mereka tidak sekedar percaya dan membuat mitos tersebut semakin melebar luas.
Tanaman Buah Parijoto
Posting Komentar untuk "Buah Khas Kudus, Sepucuk Kisah dari Lereng Muria"